Rabu, 13 Oktober 2010

Tugas Komunikasi. Cheryl Vera Victoria, 09120110014

1. Tiga paradigma komunikasi :

Positivistik 
Paradigma ini dapat dikatakan bersifat subjektif. Sebuah wacana yang disetujui oleh lebih dari satu orang akan dianggap benar. Paradigma ini memandang dan menilai apa adanya sesuai dengan yang terlihat. Bisa dikatakan, paradigma ini menelan mentah-mentah suatu wacana yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang tepat untuk teori ini.

Konstruktivistik 
Paradigma yang muncul dinilai dari apa yang dipikirkan oleh orang terhadap suatu wacana. Berbeda dari positivistik yang menelan mentah-mentah sebuah wacana, pada teori Konstruktivistik, orang mendekonstruksi sebuah wacana untuk merekonstruksi ulang pendapatnya akan wacana tersebut dan kemudian menggabungkannya dengan konstruksi orang lain dan menjadi konstruksi bersama. Kebenarannya juga bersifat subjektif.

Kritis
Paradigma ini meyakini bahwa di balik suatu wacana, pasti ada sesuatu yang mendasari. Paradigma kritis selalu melihat apa yang terjadi di balik suatu peristiwa, yang menjadi alasan mengapa peristiwa itu ada. Prinsip yang digunakan adalah prinsip gunung es.

2. Empat Grand Theory

Post-positivistik (turunan dari paradigma positivistik) :
a.      Ciri-ciri utamanya yaitu memandang bukti, fakta, dan/atau data sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, yang memiliki latar belakang atau makna tertentu yang kontekstual dengan lingkungannya.
b.      Pengetahuan didapatkan dari hasil penelitian yang orisinil.
c.      Pengetahuan diperoleh melalui observasi lapangan, survey, angket, kuesioner, dan lainnya yang sifatnya kuantitatif atau dapat dihitung.

Hermeneutic (turunan dari paradigma konstruktivistik) :
a.      Teori ini dikembangkan oleh filsuff Jerman Wilhelm Dilthey. Konstruksi yang tercipta di dalam pikiran seseorang, biasanya digunakan untuk mengkaji kitab suci dan berita tertentu.
c.       Kebenaran diungkapkan dalam bentuk yang interpretatif, berdasarkan keyakinan tertentu.

Normatif (merupakan turunan dari paradigma kritis) :
a.      Teori ini menguraikan standar-standar etik ( lebih mengacu pada apa yang benar dan apa yang salah).
b.      Teori ini juga menekankan pada segala sesuatu yang sekiranya dapat berlaku secara umum.

Critical theory (merupakan turunan dari paradigma kritis) :
a.     Teori ini mengambil titik fokus pada pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas.
b.     Beberapa tokoh critical theory ialah Karl Max, Antonio Gramsci, dan komunis purba.
       

3a. Munculnya industri media :
Pada pertengahan abad ke-19, permintaan akan media yang murah dan dapat dikonsumsi banyak orang meningkat dengan sangat pesat. Inilah yang mendorong kemunculan jurnalisme kuning (yellow journalism). Jurnalisme kuning dapat dijelaskan sebagai koran atau media cetak yang memasang tarif rendah, dengan fokus pemberitaan yang tidak berkualitas. Ini memang disengaja, mengingat tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pembeli yang berada pada kalangan menengah ke bawah. Untungnya, lama kelamaan banyak pihak yang sadar dan mulai bertanggung jawab dengan memberitakan berita yang lebih akurat, berkualitas dan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi isi pesan yang disampaikan.

3b. Jenis Propaganda :

White propaganda : Propaganda ini menunjukkan kelemahan lawan (antagonis), contohnya seperti iklan baygon yang menjelaskan bahwa produknya bisa menghilangkan keberadaan nyamuk.

Black propaganda : Propaganda ini pada dasarnya salah, tidak bersumber karena diberitakan hanya demi mencapai suatu kepentingan atau menjatuhkan lawan. Bisa dikategorikan sebagai salah satu contoh kebohongan publik.

Grey propaganda : propaganda ini berdasar pada fakta yang masih belum jelas. Bisa dikatakan, hanya berupa gosip semata, kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh : gosip/infotainment.


4. Teori normatif :
Latar belakang kemunculan karena adanya era jurnalisme kuning, maka muncul teori Tanggung Jawab Sosial Pers (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956) yang mengatakan bahwa diperlukannya pers yang independen yang dapat mendalami lembaga sosial lainnya dan secara obyektif memberikan laporan berita yang akurat. Mendapatkan keputusan bahwa media tetap bebas tetapi haruslah bertanggung jawab. Media diawasi oleh badan sensor pemerintah sehingga peran tanggung jawab sosial tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar