Rabu, 13 Oktober 2010

Tugas Komnas Veronika Cristi Mandasari 09120110143


Veronika Cristie Mandasari 09120110143
1.      Tiga paradigma komunikasi :
Positivistik 

Paradigma ini dapat dikatakan bersifat subjektif. Sebuah wacana yang disetujui oleh lebih dari satu orang akan dianggap benar. Paradigma ini memandang dan menilai apa adanya sesuai dengan yang terlihat. Bisa dikatakan, paradigma ini menelan mentah-mentah suatu wacana yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang tepat untuk teori ini.

Konstruktivistik 
Paradigma yang muncul dinilai dari apa yang dipikirkan oleh orang terhadap suatu wacana. Berbeda dari positivistik yang menelan mentah-mentah sebuah wacana, pada teori Konstruktivistik, orang mendekonstruksi sebuah wacana untuk merekonstruksi ulang pendapatnya akan wacana tersebut dan kemudian menggabungkannya dengan konstruksi orang lain dan menjadi konstruksi bersama. Kebenarannya juga bersifat subjektif.

Kritis

Paradigma ini meyakini bahwa di balik suatu wacana, pasti ada sesuatu yang mendasari. Paradigma kritis selalu melihat apa yang terjadi di balik suatu peristiwa, yang menjadi alasan mengapa peristiwa itu ada. Prinsip yang digunakan adalah prinsip gunung es.


      2.      Empat Grand Theory :
·        
            Post-positivistik (turunan paradigma positivistik) :
            - Ciri-cirinya : memandang bukti, fakta atau data sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, yang memiliki latar belakang atau makna tertentu yang sangat kontekstual dengan lingkungannya.
- Pengetahuan diperoleh dari hasil penelitian.
- Pengetahuan/pernyataan diperoleh melalui observasi lapangan, survey, angket,   quisioner, dan polling.
·         Hermeneutic (konstruksi yang ada dibenak orang) :
            - Konstruksi yang tercipta dalam pikiran seseorang, biasanya digunakan untuk mengkaji kitab suci dan berita.
- Kebenaran diungkapkan dalam bentuk interpretatik, berdasarkan keyakinan tertentu.
- lebih melihat pada teks(menciptakan konstruksi dalam pikiran orang dan konteks(budaya yang melatarbelakangi).
·         Normatif (baik dan ideal umumnya berlaku) :
  -  Teori ini menguraikan standar etik (benar atau salah).
            -  Menekankan segala sesuatu yang idealnya berlaku secara umum.
- Setiap masyarakat memiliki konsep normatifnya sendiri. Contoh: Imlek pemberian angpao.
·         Critical theory (filsafat Karl Marx) :
            - mempertanyakan dan menggugat sesuatu yang umum.
            - berhasil karena kerja bukan ide.
- Memfokuskan pada pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas.


3a. Munculnya industri media :
Pada pertengahan abad ke-19, permintaan akan media yang murah dan dapat dikonsumsi banyak orang meningkat dengan sangat pesat. Inilah yang mendorong kemunculan jurnalisme kuning (yellow journalism). Jurnalisme kuning dapat dijelaskan sebagai koran atau media cetak yang memasang tarif rendah, dengan fokus pemberitaan yang tidak berkualitas. Ini memang disengaja, mengingat tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pembeli yang berada pada kalangan menengah ke bawah. Untungnya, lama kelamaan banyak pihak yang sadar dan mulai bertanggung jawab dengan memberitakan berita yang lebih akurat, berkualitas dan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi isi pesan yang disampaikan.

3b. Jenis Propaganda :

White propaganda : Propaganda ini menunjukkan kelemahan lawan (antagonis), contohnya seperti iklan baygon yang menjelaskan bahwa produknya bisa menghilangkan keberadaan nyamuk.

Black propaganda : Propaganda ini pada dasarnya salah, tidak bersumber karena diberitakan hanya demi mencapai suatu kepentingan atau menjatuhkan lawan. Bisa dikategorikan sebagai salah satu contoh kebohongan publik.

Grey propaganda : propaganda ini berdasar pada fakta yang masih belum jelas. Bisa dikatakan, hanya berupa gosip semata, kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh : gosip/infotainment.


4.      Teori normatif : Pada awal kemunculan dan kejayaannya media bersifat bebas atau radikal. Media tidak mau diatur, sering memberikan pesan buruk, vulgar, dan membawa dampak negatif bagi banyak pihak. Kemudian muncullah para teknokratik yang mengatur media, akan tetapi media tidak mau terlalu diatur dan berkompromi sehingga mendapatkan keputusan bahwa media tetap bebas dan bertanggung jawab. Media diawasi oleh badan sensor pemerintah sehingga memunculkan tanggung jawab sosial dan secara objektif memberikan laporan berita yang akurat.

5. Critical Theory merupakan sebuah bentuk dari Hermeneutik. Pengetahuan yang diperoleh melalui penafsiran untuk mengerti/memahami human texts dan symbolic expressions—termasuk penafsiran teks secara implisit maupun eksplisit. Dalam perbedaannya, Critical Theory merupakan suatu bentuk dari self-reflective knowledge yang meliputi pemahaman dan penjelasan secara teoritikal sekaligus, untuk mengurangi jebakan dalam sistem dominasi atau ketergantungan, dimana mematuhi emancipatory interest di dalam memperluas/mengembangkan ruang lingkup otonomi dan mengurangi ruang lingkup dominasi. (Sumber: wikipedia.org)




               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar