Rabu, 13 Oktober 2010

Tugas Kommas. Fima Mardiana (09120110009)

 
1.      Tiga paradigma komunikasi :
a.       Positivistik (apa yang tampak dari luar) :
Paradigma ini sifatnya subjektif. Suatu realitas akan dianggap benar jika lebih dari satu orang mengatakan, "YA". Paradigma ini memandang dan menilai apa adanya sesuai dengan kenyataan. Bisa dikatakan, paradigma ini menelan mentah-mentah suatu realita yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. Teori ini menggunkan pendekatan kualitatif.
b.      Konstruktivistik (apa yang ada di dalam pikiran) :
Dalam paradigma ini, kebenaran adalah sesuatu yang dikonstruksikan di dalam pikiran masing-masing orang. Sifatnya tetap subjektif. Saat suatu realita muncul, orang tidak akan menelan mentah-mentah fakta yang ada, melainkan mencoba membangun konstruksi berdasarkan pola pikir mereka masing-masing. Pandangan setiap orang ini kemudian dikumpulkan, dan diambil kesimpulan sebagai konstruksi bersama.
c.       Kritis (apa yang melatarbelakangi) :
Paradigma ini meyakini bahwa di balik suatu realita, pasti ada sesuatu yang mendasari. Paradigma kritis selalu melihat apa yang terjadi di balik suatu peristiwa, yang menjadi alasan mengapa peristiwa itu ada. Prinsip yang digunakan adalah prinsip gunung es.

2.      Empat Grand Theory
a.      Post-positivistik (merupakan turunan dari paradigma positivistik) :
-       Memiliki beberapa ciri utama, yaitu : memandang bukti, fakta, dan/atau data sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, yang memiliki latar belakang atau makna tertentu yang kontekstual dengan lingkungannya.
-       Di dalam teori ini, pengetahuan didapatkan dari hasil penelitian yang orisinil.
-       Pengetahuan/pernyataan diperoleh melalui observasi lapangan, survey, angket, kuesioner, dan lainnya yang sifatnya kuantitatif atau dapat dihitung.

b.      Hermeneutic (merupakan turunan dari paradigma konstruktivistik) :
-        Teori ini dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey.
-        Di dalam teori ini, konstruksi yang tercipta di dalam pikiran seseorang, biasanya digunakan untuk mengkaji kitab suci dan berita tertentu.
-        Kebenaran diungkapkan dalam bentuk yang interpretatif, berdasarkan keyakinan tertentu.
-        Pendekatan yang digunakan sinkretik, yaitu menggunakan berbagai pandangan dan praktek. Kebenaran yang diusahakan adalah kebenaran yang dapat diterima oleh mereka yang berkepentingan. Kebenaran ini tidak bersifat bebas nilai.


c.      Normatif (merupakan turunan dari paradigma kritis) :
-       Teori ini menguraikan standar-standar etik ( lebih mengacu pada apa yang benar dan apa yang salah).
-       Teori ini juga menekankan pada segala sesuatu yang sekiranya dapat berlaku secara umum.

d.      Critical theory (merupakan turunan dari paradigma kritis) :
-       Teori ini mengambil titik fokus pada pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas.
-       Contoh : saat dilakukan analisis yang lebih dalam pada pemberitaan yang dilakukan oleh sebuah media.
-       Tokoh-tokoh critical theory :
a.      Karl Max
-       Sejarah dibuat oleh kaum borjuis
-       Jalur komunikasi dari borjuis ke proletar
-       Jalan keluar: revolusi
-       Kelemahan teori ini: terlalu fokus pada ekonomi
b.     Antonio Gramsci
-       Selain faktor ekonomi adapula faktor ideology
-       Ada 2 cara komunikasi: 1.) aparatus ideology (menguasai kesadaran rakyat/brainwashing). Contohnya sekolah dan media 2.) aparatus koersif (dengan cara kekerasan) Contohnya tentara dan pengadilan
c.     Komunis Purba
        Mengkritik kekuasaan feodal (raja) dan kapitalistik, yang memunculkan sosialis komunis.


3.      a. Munculnya industri media :
Pada pertengahan abad ke-19, permintaan akan media yang murah dan dapat dikonsumsi banyak orang, meningkat dengan sangat pesat. Inilah yang mendorong kemunculan jurnalisme kuning (yellow journalism). Jurnalisme kuning dapat dijelaskan sebagai koran atau media cetak yang memasang tarif rendah, dengan fokus pemberitaan yang tidak berkualitas. Ini memang disengaja, mengingat tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pembeli yang berada pada kalangan menengah ke bawah. Untungnya, lama kelamaan banyak pihak yang sadar dan mulai bertanggung jawab dengan memberitakan berita yang lebih akurat, berkualitas dan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi isi pesan yang disampaikan. Saat ini di Indonesia sendiri, jurnalisme kuning sendiri masih menunjukkan eksistensinya, seperti koran Lampu Merah, Pos Kota, Lampu Hijau, dsb.

b. Jenis Propaganda :
Di dalam perkembangan media, terdapat tiga jenis propaganda, yaitu :

·        White propaganda : propaganda ini pada dasarnya benar, menonjolkan kelemahan-kelemahan lawan pada setiap informasi yang diberikan.
·        Black propaganda : propaganda ini pada dasarnya salah, orang yang melakukan propaganda tidak dapat menyebutkan sumbernya, karena yang diberitakan memang tidak benar-benar terjadi, hanya dirancang/disengaja demi mencapai suatu kepentingan atau menjatuhkan lawan. Bisa dikategorikan sebagai salah satu contoh kebohongan publik.
·        Grey propaganda : propaganda ini berdasar pada fakta yang masih belum jelas. Bisa dikatakan, hanya berupa gosip semata, kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh : gosip/infotainment.

4.      Teori normatif : Pada awal kemunculan dan kejayaannya media bersifat bebas atau radikal. Media tidak mau diatur, sering memberikan pesan buruk, vulgar, dan membawa dampak negatif bagi banyak pihak. Kemudian muncullah para teknokratik yang mengatur media, akan tetapi media tidak mau terlalu diatur dan berkompromi sehingga mendapatkan keputusan bahwa media tetap bebas dan bertanggung jawab. Media diawasi oleh badan sensor pemerintah sehingga memunculkan tanggung jawab sosial dan secara objektif memberikan laporan berita yang akurat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar