Minggu, 10 Oktober 2010

Tugas komas-Tiara Novanda Boentoro-09120110001

1. Tiga Paradigma Komunikasi:
Tiara Novanda Boentoro-09120110001
1.) Positivistik
Ø      Realitas dianggap benar ketika 1 orang atau lebih menggangap benar
Ø Objektif (Tidak memperkenankan masuknya interpretasi subjektif /bebas nilai dan mengutamakan penggunaan teori dalam penelitiannya)
Ø  Pendekatan kualitatif
Ø  Langsung men-judgement benar/salah
Ø  Melihat apa yang ada di depan (kenyataan/peristiwa yang tampak terjadi di depan mata)
2.) Konstruktivisik
Ø  Kebenaran tidak bersifat objektif tapi dikonstruktif/dibangun
Ø  Bersifat subjektif/konstruktif (setiap orang mempunyai kebenaran tersendiri sesuai bagaimana mereka merekontruksi/membangun kebenaran tersebut)
Ø  Tidak men-judgement sebab kebenaran bersifat subjektif
Ø  Melihat apa yang ada dalam pikiran seseorang
3.) Kritis
Ø  Melihat apa yang mendasari sesuatu
Ø  Paradigma kritis ingin melihat apa yang berada di dasar sehingga bisa memunculkan yang tampak dipermukaan, seperti ilustrasi gunung es.
Ø  Selalu curiga akan adanya sesuatu yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi
Ø  Melihat apa yang ada di belakang/dibalik terjadinya peristiwa   

2. Empat Grand Theory
1.) Post-Positivistik (turunan paradigma positivistik)
Paradigma postpositivistik memandang bahwa penelitian merupakan upaya untuk membangun pengetahuan langsung pada sumbernya. Oleh karena itu, peneliti pengikut paradigma ini memulai pemikirannya selalu berdasarkan dari bukti, fakta atau data sebagai awalan untuk membangun atau mengembangkan pengetahuan. Ciri utama paradigma ini adalah memandang bukti, fakta atau data sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, yang memiliki latar belakang atau makna tertentu yang sangat kontekstual dengan lingkungannya. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian bersifat orisinil. Mengutamakan observasi lapangan, survey, angket, questioner, lainnya yang bersifat kuantitatif.
2.) Hermeneutik (turunan paradigma konstruktivis)
Dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey. Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu konteks tradisi. Implikasinya adalah tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral. Pendekatan hermeneutik ini pada awalnya banyak digunakan oleh para agamawan, sejarawan dan ahli hukum. Mereka menafsikan apa yang ada dalam naskah (kitab suci, artefak atau kitab undang-undang) sesuai masalah yang dihadapinya dengan membangun argumentasi sendiri.. Kebenaran ilmiah dalam paradigma ini tidak analitik maupun holistik, melainkan sintetik yaitu memadukan pendapat yang berlawanan (tesis dan antitesis). Kebenaran dinyatakan dalam bentuk interpretatik, yaitu penafsiran yang didasarkan pada keyakinan tertentu. Pendekatan yang digunakan sinkretik, yaitu menggunakan berbagai pandangan dan praktek. Kebenaran yang diusahakan adalah kebenaran yang dapat diterima oleh mereka yang berkepentingan. Kebenaran ini tidak bersifat bebas nilai.
3.) Normative (turunan paradigma kritis)
Teori normatif adalah teori yang menguraikan standar-standar etik. Grand theory ini menekankan pada apa saja yang idealnya berlaku secara umum. Contohnya feminism, critical theory, dll.
4.) Critical theory (turunan paradigma kritis)
Pengaruh idea marxisme - neo marxisme dan teori kritis mempengaruhi filsafat pengetahuan dari critical theory. Asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma adalah asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta kekuatan ekonomi, politik dan sosial. Oleh sebab itu, proyek utama dari paradigma kritis adalah pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas. Contohnya: penelitian atau analisis kritis tentang teks media.
Tokoh-tokoh critical theory:
a.       Karl Max
-          Sejarah dibuat oleh kaum borjuis
-          Jalur komunikasi dari borjuis ke proletar
-          Jalan keluar: revolusi
-          Kelemahan teori ini: terlalu fokus pada ekonomi
b.      Antonio Gramsci
-          Selain faktor ekonomi adapula faktor ideology
-          Ada 2 cara komunikasi: 1.) aparatus ideology (menguasai kesadaran rakyat/brainwashing). Contohnya sekolah dan media 2.) aparatus koersif (dengan cara kekerasan) Contohnya tentara dan pengadilan
c.       Komunis Purba
      Mengkritik kekuasaan feodal (raja) dan kapitalistik, yang memunculkan sosialis komunis.


3. a.) Munculnya industri media
     Awal mula: Pertengahan abad ke 19, bertambahnya permintaan masyarakat mengenai media murah mendorong perkembangan beberapa media baru. Masyarakat tidak menyukai narasi panjang dan cenderung  untuk membaca komik, ikuti olahraga, dan membaca sebagian besar kejadian sepele yang terkesan fiktif. Lalu muncul yellow journalism/ the yellow kid dipelopori oleh koran Hearst, yakni surat kabar yang dalam penulisan beritanya memberi sedikit perhatian dalam hal keakuratan dan berita cenderung ditulis dengan gaya berlebihan (di bagian judul).
     Perkembangan: Perkembangan industri media sekarang lebih terbuka kepada keinginan pemirsa walaupun dampak jangka panjangnya akan merugikan permirsa. Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi lebih bertanggung jawab secara sosial - lebih bersedia untuk menyensor atau membatasi distribusi materi yang kontroversial dan lebih peduli kepada pelayanan jangka panjang publik.
b.) Propaganda
Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Istilah ini berasal dari roman Katolik. Sebagian besar teori propaganda dipengaruhi oleh: Behaviorism dan Freudianism, selain demokrasi dan Harold Laswell.
Tiga macam propaganda:
1.) White propaganda: dasarnya sesuatu yang benar ada, menggunakan disinformasi yang menonjolkan kelemahan lawan. Contoh: Indovision yang selalu menyerang Astro dengan sinyalnya yang tidak bagus
2.)    Black propaganda: dasarnya tidak benar/salah, dirancang dan disengaja. Contoh: AXIS yang terkena isu telepon setan 
3.)  Grey propaganda: dasarnya tidak jelas benar/salahnya. Contoh: gosip

4. Teori Normatif
    Latar belakang: Selama era jurnalisme kuning, media profesional objektivitas, dan sensitivitas publik masih kurang. Terjadi perang salib antar industri media dan tujuannya adalah penghapusan pesan yang buruk dan industri media yang tidak bertanggung jawab.
     Perkembangan: 1920-an dan 1930-an sebuah teori normatif komunikasi massa baru mulai muncul yang menolak kedua libertarianisme radikal dan kontrol teknokratis.Terjadi penuntutan terhadap profesional di setiap bidang, termasuk jurnalisme. Muncul teori Tanggung Jawab Sosial Pers (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956) yang menekankan bahwa diperlukannya pers yang independen yang dapat mendalami lembaga sosial lainnya dan secara obyektif memberikan laporan berita yang akurat.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar